Jumat, 02 Mei 2014

Cita-Citaku



 Cita Citaku Ingin Menjadi Guru


Cita cita. Semua orang pasti memiliki cita cita. Semua orang pasti akan berjuang dengan penuh semangat untuk menggapai cita cita tersebut. Dan pastinya membutuhkan pengorbanan yang banyak demi menggapai cita cita tersebut.

Namun, terkadang apa yang kita cita citakan justru harus tenggelam di tengah jalan karena berbagai alas an. Orang tua yang tidak setuju, kurang biaya, atau bahkan karena kita sudah malas untuk mengejar cita cita tersebut. Tapi banyak juga orang yang sudah menargetkan cita citanya sejak kecil namun meleset ketika sudah beranjak dewasa. Dan kebetulan hal tersebut juga terjadi kepada diri saya.

Saya terlahir sebagai anak seorang pegawai negri sipil. Saatsaya masih berusia SD, cita cita saya sangat sederhana. Saya hanya ingin menjadi pengajar atau guru. Karena pada waktu itu saya melihat bahwa menjadi seorang guru adalah profesi yang sangat menyenangkan dan juga membanggakan.

Menjadi seorang pengajar atau guru pun saat itu sudah terpatri dalam pikiran saya. Oleh karena itu saya rajin belajar dan juga rajin membaca buku pada waktu itu. Dalam hati saya tidak terlalu berpikir nanti menjadi guru apa, matematika kah, IPA kah, ato guru sejarah. Yang penting saat itu saya ingin menjadi guru dan untuk mencapai cita cita tersebut saya sering memborong buku buku bacaan untuk saya baca di rumah.

Saat SMP, hal yang sama juga saya rasakan. Cita cita saya tetap ingin menjadi guru. Namun kali ini saya sudah memiliki alas an yang lebih kuat dan lebih logis untuk menjadi guru. Alasan saya waktu itu adalah menjadi guru itu akan bahagia dan awet muda. Karena kita selalu bergaul dengan murid murid yang lebih muda dari kita, hehe. Selain itu, saya beranggapan menjadi guru merupakan profesi yang mulia karena selain mendidik ilmu pengetahuan kita juga bisa mendidik etika dan moral kepada murid kita.

Dengan semangat yang sama, saya tetap ingin menjadi pengajar. Bahkan ketika saya SMA pun saya tetap bercita cita menjadi seorang guru. Oleh karena itu saat SMA saya sangat bersemangat untuk sekolah dan menimba ilmu serta metode metode pengajaran untuk saya praktekkan di Ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakulikuler saya menempa diri saya untuk terbiasa berbicara di depan kelas ketika memberi materi kepramukaan kepada adik adik tingkat. Kesempatan itu tidak saya sia siakan untuk belajar menjadi seorang guru.

Namun hal yang berbeda justru terjadi di akhir masa SMA saya. Saya yang saat itu bercita cita menjadi guru mengalami kebingungan dalam memilih jurusan untuk kuliah. Akhirnya saya memutuskan untuk berdiam diri dan merenung serta berdoa kepada Tuhan untuk diberikan penerang. Mana jurusan yang akan saya pilih kelak waktu saya kuliah. Saat itu ada beberapa jurusan yang menjadi favorit saya. Pertama adalah Ilmu Farmasi, kedua adalah Ilmu Kimia Murni, ketiga Teknik Elektronika, dan keempat adalah Pendidikan Kimia.

Setelah berhari hari mengalami kegalauan. Akhirnya saya mendapatkan titik terang. Berdasarkan pendapat dari beberapa orang guru saya serta saudara saya yang sudah berkuliah, saya direkomendasikan untuk memilih dunia Teknik Elektronika sebagai langkah lanjutan saya. Karena di bidang Teknik Elektronika masih dibutuhkan banyak lulusan Teknik Elektronika yang berkompeten serta di bidang Teknik Elektronika lapangan pekerjaannya cukup banyak.

Dengan bekal semangat dan kepercayaan diri yang cukup. Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di Fakultas Teknik Elektronika Universitas Bhayangkara. Meskipun harus berbeda dengan cita cita saya, saya tetap semangat menjalaninya. Karena saya percaya bahwa manusia bisa berbuat apa saja tapi tetap Tuhan yang menentukan segalanya. Semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Begitulah kisah cita cita saya. Meskipun berbeda dengan apa yang saya cita citakan. Saya tetap mencintai dunia Teknik Elektronika. Namun dalam hati saya masih ada keinginan untuk menjadi seorang pengajar.