Cita Citaku
Ingin Menjadi Guru
Cita cita. Semua orang pasti memiliki cita cita. Semua orang pasti
akan berjuang dengan penuh semangat untuk menggapai cita cita tersebut. Dan
pastinya membutuhkan pengorbanan yang banyak demi menggapai cita cita tersebut.
Namun, terkadang apa yang kita cita citakan justru harus tenggelam
di tengah jalan karena berbagai alas an. Orang tua yang tidak setuju, kurang
biaya, atau bahkan karena kita sudah malas untuk mengejar cita cita tersebut.
Tapi banyak juga orang yang sudah menargetkan cita citanya sejak kecil namun
meleset ketika sudah beranjak dewasa. Dan kebetulan hal tersebut juga terjadi
kepada diri saya.
Saya terlahir sebagai anak seorang pegawai negri sipil. Saatsaya
masih berusia SD, cita cita saya sangat sederhana. Saya hanya ingin menjadi
pengajar atau guru. Karena pada waktu itu saya melihat bahwa menjadi seorang
guru adalah profesi yang sangat menyenangkan dan juga membanggakan.
Menjadi seorang pengajar atau guru pun saat itu sudah terpatri
dalam pikiran saya. Oleh karena itu saya rajin belajar dan juga rajin membaca
buku pada waktu itu. Dalam hati saya tidak terlalu berpikir nanti menjadi guru
apa, matematika kah, IPA kah, ato guru sejarah. Yang penting saat itu saya
ingin menjadi guru dan untuk mencapai cita cita tersebut saya sering memborong
buku buku bacaan untuk saya baca di rumah.
Saat SMP, hal yang sama juga saya rasakan. Cita cita saya tetap
ingin menjadi guru. Namun kali ini saya sudah memiliki alas an yang lebih kuat
dan lebih logis untuk menjadi guru. Alasan saya waktu itu adalah menjadi guru
itu akan bahagia dan awet muda. Karena kita selalu bergaul dengan murid murid
yang lebih muda dari kita, hehe. Selain itu, saya beranggapan menjadi guru
merupakan profesi yang mulia karena selain mendidik ilmu pengetahuan kita juga
bisa mendidik etika dan moral kepada murid kita.
Dengan semangat yang sama, saya tetap ingin menjadi pengajar.
Bahkan ketika saya SMA pun saya tetap bercita cita menjadi seorang guru. Oleh
karena itu saat SMA saya sangat bersemangat untuk sekolah dan menimba ilmu
serta metode metode pengajaran untuk saya praktekkan di Ekstrakurikuler.
Melalui kegiatan ekstrakulikuler saya menempa diri saya untuk terbiasa
berbicara di depan kelas ketika memberi materi kepramukaan kepada adik adik
tingkat. Kesempatan itu tidak saya sia siakan untuk belajar menjadi seorang
guru.
Namun hal yang berbeda justru terjadi di akhir masa SMA saya. Saya
yang saat itu bercita cita menjadi guru mengalami kebingungan dalam memilih
jurusan untuk kuliah. Akhirnya saya memutuskan untuk berdiam diri dan merenung
serta berdoa kepada Tuhan untuk diberikan penerang. Mana jurusan yang akan saya
pilih kelak waktu saya kuliah. Saat itu ada beberapa jurusan yang menjadi
favorit saya. Pertama adalah Ilmu Farmasi, kedua adalah Ilmu Kimia Murni,
ketiga Teknik Elektronika, dan keempat adalah Pendidikan Kimia.
Setelah berhari hari mengalami kegalauan. Akhirnya saya
mendapatkan titik terang. Berdasarkan pendapat dari beberapa orang guru saya
serta saudara saya yang sudah berkuliah, saya direkomendasikan untuk memilih
dunia Teknik Elektronika sebagai langkah lanjutan saya. Karena di bidang Teknik
Elektronika masih dibutuhkan banyak lulusan Teknik Elektronika yang berkompeten
serta di bidang Teknik Elektronika lapangan pekerjaannya cukup banyak.
Dengan bekal semangat dan kepercayaan diri yang cukup. Akhirnya
saya memutuskan untuk kuliah di Fakultas Teknik Elektronika Universitas
Bhayangkara. Meskipun harus berbeda dengan cita cita saya, saya tetap semangat
menjalaninya. Karena saya percaya bahwa manusia bisa berbuat apa saja tapi
tetap Tuhan yang menentukan segalanya. Semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Begitulah kisah cita cita saya. Meskipun berbeda dengan apa yang
saya cita citakan. Saya tetap mencintai dunia Teknik Elektronika. Namun dalam
hati saya masih ada keinginan untuk menjadi seorang pengajar.